Konsumsi Pangan Beras di Kota Palembang
Oleh:
Imam Asngari*, Suhel, Harunurrasyid,
Andi Nurul Astria Arif, dan Ersa Ayu Tiara Salim
Abstrak: Penelitian ini untuk mengkaji pola konsumsi pangan
beras rumah tangga di Kota Palembang. Data yang digunakan adalah data primer
yang diperoleh dari survei kepada 90 rumah
tangga. Analisis digunakan menggunakan metode regresi. Hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa proporsi konsumsi pangan rumah tangga petani terbesar di dominasi oleh konsumsi
beras pada kualitas III dengan indikator beras tidak pulen, tidak wangi, bentuk
fisik beras relatif bersih dengan kisaran harga Rp10.000-Rp12.000 per kg. Konsumsi
pangan rumah tangga petani di pengaruhi oleh endapatan rumah tangga. Nilai marginal propesity to consume sangat kecil, yang menunjukkan bahwa dominasi beras dalam struktur konsumsi rumah tangga semakin menurun.
____________
*Ketua Peneliti
Pendahuluan
Undang Nomor 18 tahun 2012
tentang pangan menyatakan bahwa Pangan merupakan kebutuhan
dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak
asasi manusia, negara juga berkewajiban mewujudkan ketersediaan,
keterjangkauan,dan pemenuhan konsumsi pangan yang cukup, aman, bermutu, dan
bergizi seimbang, baik pada tingkat nasional maupun daerah hingga perorangan
secara merata di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sepanjang
waktu dengan memanfaatkan sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal.
Berdasarkan tingkat kesejahteraan
masyarakat Indonesia yang diukur dengan pangsa pengeluaran pangan, baik di
perkotaan maupun di pedesaan semakin membaik. Terdapat perubahan pola
pengeluaran masyarakat dari dominan pada kelompok padi-padian ke kelompok
makanan dan minuman jadi. Sementara pola pengeluaran untuk kelompok pangan yang
lain relatif sama dari tahun ke tahun (Kementrian Perdagangan, 2013).
Pertumbuhan pengeluaran
untuk konsumsi makanan rumah tangga di Kota Palembang tahun 2016-2018, . untuk konsumsi makanan tertinggi di dominasi oleh lima kelompok
makanan seperti sayur-sayuran, makanan dan minuman jadi, tembakau dan sirih,
daging, dan bumbu-bumbuhan (BPS, 2019). Perkembangan
pengeluaran untuk konsumsi makanan mengalami perubahan selama periode 2016-2018, perubahan
tersebut dapat disebabkan oleh meningkatnya harga pangan dan pendapatan rumah
tangga, serta pola konsumsi rumah tangga saat ini yang mengalami perubahan. Fenomena
yang menarik menunjukkan bahwa proporsi konsumsi untuk padi-padian saat ini
semakin kecil daripada konsumsi kelompok makanan dan minuman jadi, dan kelompok
tembakau dan sirih, ini mengindikasikan bahwa rumah tangga telah mengurangi
permintaan terhadap konsumsi pangan tersebut dengan konsumsi makanan dan
minuman jadi yang lebih praktis.
Metode Kajian
Penelitian dilakukan di tiga kecamatan yaitu Kecamatan Ilir Barat I, Seberang Ulu I, dan Kemuning. Responden rumah tangga sebanyak 90 KK meliputi kelompok kaya, menengah, dan miskin. Metode analisis yang digunakan adalah regresi untuk mengetahui fungsi knsumsi beras dan faktor penentu konsumsi beras maysarakat di Kota Palembang.
Hasil kajian
Pola pengeluaran rumah tangga untuk konsumsi pangan beras di Kota palembang berada dikisaran 27-40 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pangan memiliki peranan yang semakin menurun karena tersedianya konsumsi pangan non beras bagi rumah tangga di perkotaan. Konsumsi pangan non beras meliputi 58-72 persen.
Tabel 1. Pengeluaran
Rumah Tangga Untuk Pangan Beras dan Non Beras
Keterangan
|
Kec. Ilir Barat I
|
Kec. Kemuning
|
Kec. Seberang Ulu I
|
|||
Nilai (Rp)
|
Persentase (%)
|
Nilai (Rp)
|
Persentase (%)
|
Nilai (Rp)
|
Persentase (%)
|
|
Konsumsi
Beras
|
18963450
|
27.63
|
15547500
|
41.02
|
14941500
|
27.18
|
Konsumsi
Non Beras
|
49668750
|
72.37
|
22351250
|
58.98
|
40039000
|
72.82
|
Total
|
68632200
|
100
|
37898750
|
100
|
54980500
|
100
|
Sumber: Data Primer (diolah), 2019
Konsumsi beras masyarakat Kota Palembang cenderung lebih memilih
mengonsumsi beras dengan kualitas I dan II yang memiliki karakteristik beras
pulen, bentuk fisik berasnya utuh dan bersih, serta wangi walaupun harganya
relatif lebih mahal dari pada beras dengan kualitas III dan IV. Konsumsi beras menurut kualitas di Kecamatan Ilir Barat
I sebagian besar responden mengonsumsi beras dengan kualitas I dengan harga
lebih dari Rp 12.000. Sedangkan Kecamatan Kemuning dan Kecamatan Seberang Ulu
cenderung mengonsumsi beras pada kualitas II yang memiliki kisaran harga
sebesar Rp 11.000 hingga Rp 12.000.
Tabel 2. Distribusi
Konsumsi Beras Menurut Kualitas Beras
di Kota Palembang
di Kota Palembang
Kualitas
|
Kec. Ilir Barat I
|
Kec. Kemuning
|
Kec. Seberang Ulu I
|
||||||
Jml KK
|
Kg
|
Nilai (Rp)
|
Jml KK
|
Kg
|
Nilai (Rp)
|
Jml KK
|
Kg
|
Nilai (Rp)
|
|
I
|
16
|
879
|
11.637.000
|
2
|
105
|
1.605.000
|
3
|
144
|
1.933.500
|
II
|
13
|
630
|
7.027.200
|
24
|
1063.5
|
12.577.500
|
23
|
1033.5
|
11.868.000
|
III
|
1
|
31.5
|
299.250
|
4
|
160.5
|
1.250.000
|
4
|
114
|
1.140.000
|
IV
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
Jumlah
|
30
|
1540.5
|
18.963.450
|
30
|
1329
|
15.547.500
|
30
|
1292
|
14.941.500
|
Sumber: Data Primer (diolah), 2019
Keterangan:
Kualitas I =
Beras pulen, wangi, bentuk fisik berasnya utuh dan bersih, harganya mahal (>
Rp12R/kg)
Kualitas II =
Beras pulen, kurang wangi, bentuk fisik berasnya bersih, dan harganya relatif
mahal (Rp11R-12R/kg)
Kualitas III = Beras tidak pulen, tidak wangi, bentuki
fisik berasnya relatif bersih. harganya sedang (Rp9R-10R/kg)
Kualitas IV = Beras tidak pulen, tidak wangi, fisik
berasnya tidak bersih dan harganya murah
(≤Rp8R/kg)
Konsumsi beras di Kecamatan Ilir Barat I,
Kecamatan Plaju dan Kecamatan Kemuning secara signifikan dipengaruhi oleh tingkat
pendapatan. Elastisitas pendapatan positif sebesar 0.66 di Kecamatan Ilir Barat
I, Kecamatan Plaju dan 0.44 di Kecamatan Kemuning. Beras kategorinya adalah
barang normal.
Kedua model konsumsi sudah memenuhi asumsi
klasik, baik untuk Kecamatan Ilir Barat I, Kecamatan Plaju dan Kecamatan
Kemuning terbebas dari masalah autokorelasi. heterokedastisitas dan
multikolonieritas. Pengaruh pendapatan postif dan nyata secara statistik baik
di Ilir Barat I, Kecamatan Plaju maupun Kecamatan Kemuning. Hal ini wajar,
karena pendapatan secara teori mempengaruhi tingkat konsumsi termasuk konsumsi
pangan beras.
Model konsumsi beras Keynesian di Kecamatan
Ilir Barat I memiliki autonomous
consumption sebesar 27.814 yang berarti jika pendapatan nol, maka konsumsi
beras sebesar Rp 27.814. Nilai MPC Kecamatan Ilir Barat I sebesar 0.0007145 yang berarti setiap kenaikan
pendapatan sebesar Rp 100.000 maka konsumsi beras per bulan akan naik sebesar
Rp 292.833. Nilai koefisien R2 sebesar 0.107321 berarti variasi dalam
variabel independen mampu dijelaskan oleh variabel independen.
Tabel 3. Fungsi Konsumsi Beras di Kota Palembang
Kecamatan
Ilir Barat I
|
Kecamatan
Kemuning
|
Kecamatan
Plaju
|
||||||
Dependen:
Konsumsi Beras
(QDB)
|
Koe-fisien
|
t-hitung
|
Dependen:
Konsumsi Beras
(QDB)
|
Koe-fisien
|
t-hitung
|
Dependen:
Konsumsi Beras (QDB)
|
Koe-fisien
|
t-hitung
|
C
|
278147.5
|
12.18***
|
C
|
269743.8
|
10.30***
|
C
|
180454.6
|
5,78***
|
Yd
|
0.000745
|
1.83***
|
Yd
|
0.001106
|
0,28***
|
Yd
|
0,006410
|
1,62**
|
R2 = 0.107321
F = 3.366241 Prob F = 0.077192
DW
= 2,00
|
R2 = 0.002938
F = 0,082497 Prob F = 0.776057
DW = 2,23
|
R2 = 0.085856
F = 2.629746 Prob F = 0.116087
DW
= 1,37
|
Sumber:
Diolah Peneliti, 2019
Keterangan: **** = signifikan dalam α = 1%.
** = signifikan dalam α = 5%.
Model
konsumsi beras Keynesian di Kecamatan Plaju memiliki autonomous consumption sebesar 18.045 yang berarti jika pendapatan
nol, maka konsumsi beras sebesar Rp 18.045. Nilai MPC Kecamatan Plaju sebesar
0,006410 yang berarti setiap kenaikan pendapatan rata-rata sebesar Rp 100.000
maka konsumsi beras per bulan akan naik sebesar Rp 6.410. Nilai koefisien R2
sebesar 0,085856 berarti variasi dalam variabel independen mampu dijelaskan
oleh variabel dependen.
Model
konsumsi beras Keynesian di Kecamatan Kemuning memiliki autonomous consumption sebesar 26.974 yang berarti jika pendapatan
nol, maka konsumsi beras sebesar Rp 26.974. Nilai MPC Kecamatan Kemuning
sebesar 0,001106 yang berarti setiap kenaikan pendapatan rata-rata sebesar Rp
100.000 maka konsumsi beras per bulan akan naik sebesar Rp 1.106. Nilai koefisien R2 sebesar
0,002938 berarti variasi dalam variabel independen mampu dijelaskan oleh
variabel dependen.
Kesimpulan
Konsumsi beras masyarakat Kota Palembang cenderung lebih memilih
mengonsumsi beras dengan kualitas I dan II yang memiliki karakteristik beras
pulen, bentuk fisik berasnya utuh dan bersih, serta wangi walaupun harganya
relatif lebih mahal dari pada beras dengan kualitas III dan IV. Konsumsi beras menurut kualitas di Kecamatan Ilir Barat
I sebagian besar responden mengonsumsi beras dengan kualitas I dengan harga
lebih dari Rp 12.000. Sedangkan Kecamatan Kemuning dan Kecamatan Seberang Ulu
cenderung mengonsumsi beras pada kualitas II yang memiliki kisaran harga
sebesar Rp 11.000 hingga Rp 12.000.
Referensi
Asngari, Imam, Suhel, dan
Harunurrasyid, 2019. Konsumsi Pangan
Beras dan Faktor Penentu PermintaanPangan Beras Masyarakat Perkotaan Sumatera
Selatan, Laporan Penelitian Kompetitif, Universitas Sriwijaya.
Badan Pusat Statistik. (2019). Kota Palembang
dalam Angka 2018. Kota Palembang.
Kementrian
Perdagangan (2013). Analisa
Dinamika Konsumsi Pangan Masyarakat Indonesia, Pusat Kebijakan Perdagangan
Dalam Negeri, Badan Pengkajian dan pengembangan Kebijakan Perdagangan, Kementrian
Perdagangan, Jakarta.
Kementrian Pertanian. (2016). Laporan
Tahunan Badan Ketahanan Pangan 2015,
Kementerian Pertanian, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar